~

~ Sengkarut ide, serakan asa dan serpihan momen::

Jumat, 16 Januari 2015

IMAM NAWAWI


Kami yang di Indonesia, di pesantren, di majlis taklim, di madrasah, selalu mengaji kitab-kitab Imam Nawawi dan tak lupa diajarkan oleh para guru dan kyai kami untuk selalu mendoakan dan mengirimkan Al-Fatihah kepada beliau, sementara di Nawa, Damaskus, Suriah sana, beberapa hari lalu makam beliau diledakkan oleh kelompok An-Nusra, cabang Al Qaidah di negara yang sedang dicabik perang saudara itu.

Alasannya klise: mereka tidak menyukai praktik ziarah kubur. Mereka menilai menghormati makam yang sudah berusia 800 tahun lebih itu tidak jauh berbeda dengan menyembah berhala Uzza. Namun Allah sendiri dalam Hadits Qudsi yang diriwayatkan Imam Bukhari mengancam: Barangsiapa menyakiti kekasihku, maka Aku mengumumkan perang terhadapnya. Allah Maha Melihat segala apa yang terjadi.

Makam beliau sudah sangat sederhana. Tanpa kubah. Sebagai penanda, plang seng bertuliskan nama beliau dipakukan di pohon besar yang tumbuh di samping makam. Beliau sendiri yang menghendaki dikuburkan dengan cara yang beliau yakini sesuai Sunnah Nabi. Makam itu hanya dikelilingi batu-batuan agar tidak dilewati dan dikotori binatang ternak. Sudah banyak upaya membangun kubah di atas makamnya, tetapi dengan sendirinya roboh dan runtuh.

Segala perilaku teladan tidak akan selesai kita contoh dari beliau. Pernah suatu ketika, seorang tamu kaget melihat Imam Nawawi memberi makan lubab (roti empuk) kepada seekor ular yang berdiam di rumahnya, di Rawahiya. Ular itu selalu berdiam di rumahnya tanpa diketahui banyak orang. Karena sudah ketahuan, Imam Nawawi hanya berpesan agar apa yang dilihat tamunya itu tidak diceritakan ke orang-orang. Ular itu sama-sama makhluk ciptaan Allah, tidak mendatangkan bahaya sekaligus manfaat apa-apa. Dan satu lagi, jika menyebut nama Nabi Muhammad, beliau selalu mengeraskan bacaan shalawatnya.

Pagi yang menggigil pada 16 Rabiul Awal 1436 H lalu (bertepatan dengan 7 Januari 2015 M), sebuah bom melantahkan tempat peristirahatan terakhir beliau. Di hari itu, seharusnya umat Islam bergembira karena pada tanggal yang sama pada 16 H, Khalifah Umar bin Khatthab berhasil menaklukkan Baitul Maqdis, Palestina. Kini, satu peristiwa sedih menambahi ingatan kaum muslimin pada tanggal itu.

Bukan Imam Nawawi lantas yang harus marah, mengutuk atau mengelus dada. Kelak setelah tiada, beliau hanya berharap doa dan belas kasih yang diucapkan lewat bait syairnya yang dituliskan langsung oleh muridnya, Ala' bin Athar.

Aku mati dan tinggallah tulisanku
Barangsiapa yang membaca semoga mendoakanku
Semoga Tuhanku berkenan mengasihiku
Serta mengampuni kekurangan dan laku burukku

Lahu Al-Fatihah.

Jumat, 01 November 2013

Pulang

Pulanglah Nak
Apa yang tak engkau tahu, tak 'kan bisa melukaimu*
Bergerak engkau jangan beriak
Bagimu doa dan rindu dari biyungmu

Pulanglah Nak
Kamu yang terdidik jauh dari bapak
Lawanmu adalah tempurungmu
Usah dilindas cemas yang kamu tak tahu

Pulanglah Nak
Seperti mengecup tangan menua ini
Tahukah engkau melihatmu menapak
Tanyakan engkau punya bidadari

Pulanglah Nak
Datang darah daging kembali anak
Tiba waktumu belajar di buaian emak
Sebelum esok matahari engkau tembak



*Bait lagu Sarah Brightman.